Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 19 Desember 2018



Anatomi dan fisiologi Sistem Respirasi

            Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel mengambil Oksigen yang akan digunakan dalam bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi. Pernapasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

a.       Pernapasan Eksternal (luar) yaitu proses bernapas atau pengambilan Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta uap air antara organisme dan lingkungannya.

b.      Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel yaitu sitoplasma dan mitokondria.

Sistem pernapasan terdiri atas saluran atau organ yang berhubungan dengan pernapasan. Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara

Fungsi Sistem Pernapasan

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.

Meskipun fungsi utama system pernapasan adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida, masih ada fungsi-fungsi tambahan lain yaitu:

Tempat menghasilkan suara.    

Saluran Penghantar Udara

Pada manusia, pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga tekak), Larings (kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.

Alat pernapasan manusia terdiri atas beberapa organ, yaitu:

1.      Rongga Hidung

Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.

Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian respirasi.

Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi.

Terdadapat 3 fungsi rongga hidung :

·         Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghanatan, dan pelembaban.

·         Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan bau.

·         Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara- suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.

Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk seperti buah alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa, yaitu:

Konka nasalis superior, Konka nasalis medius, Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan.

Sinus paranasal adalah rerongga berisi udara yang terdapat dalam tulang-tulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Macam-macam sinus yang ada adalah sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus sfenoidalis.

2.      Faring

Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larings pada dasar tengkorak.

Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

Ø  Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

Ø  Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan.  Orofaring dipisahkan dari mulut oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual

Ø  Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

3.      Larings (Kotak suara)

Larings adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakea. Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi jalan napas atau jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya , namun juga sebagai organ pembentuk suara atau menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi.

Larings ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s apple), yang khas nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang rawan ini terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.

Epiglotis terletak diatas seperti katup penutup. Epiglotis adalah  sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang larings sewaktu menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya,  Larings bertindak sebagai katup, menutup selama menelan unutk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang tracheobronchial.

4.      Trakea (Batang tenggorok)

   Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10 sampai 12 cm. Trakea terletak di daerah leher depan esophagus dan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang tulang rawan. Di daerah dada, trakea meluas dari larings sampai ke puncak paru, tempat ia bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan. Jalan napas yang lebih besar ini mempunyai lempeng-lempeng kartilago di dindingnya, untuk mencegah dari kempes selama perubahan tekanan udara dalam paru-paru. Tempat terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang berbentuk huruf C (Cincin-cincin kartilago) dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus).

   Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia (epithelium yang menghasilkan lendir) yang berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan dan sel gobet yang menghasikan mukus. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.

5.      Bronkus dan Percabangannya

      Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.

      Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

      Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris (sekunder) dan kemudian menjadi lobus segmentalis (tersier). Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki diameter kurang lebih 1 mm. saluran ini disebut bronkiolus. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Bronkiolus memasuki lolubus pada bagian puncaknya, bercabang lagi membentuk empat sampai tujuh bronkiolus terminalis. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung lebih dari 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi banyak kapiler darah. Alveoli bentuknya peligonal atau heksagonal. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius (lintasan berdinding tipis dan pendek) yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

6.      Paru-paru

        Paru-paru adalah struktur elastis sperti spons. Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum (struktur blok padat yang berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).

Paru-paru memilki :

·   Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula.

·   Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada.

·   Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

·    Basis, Terletak pada diafragma.

Paru-paru juga di lapisi oleh pleura yaitu parietal pleura (dinding thorax) dan visceral pleura (membrane serous). Di antara  rongga pleura ini terdapat rongga potensial yang disebut rongga pleura yang didalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20 cc cairan yang berfungsi untukmenurunkan gaya gesek permukaan selama pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga pleura dalam keadaan normal ini memiliki tekanan -2,5 mmHg.

        Paru kanan relative lebih kecil dibandingkan yang kiri dan memiliki bentuk bagian bawah seperti concave karena tertekan oleh hati. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.























2.1    Definisi Pneumonia


Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta meninggalkan konsodilasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat di timbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam waktu yang bervariasi.

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang pada umumnya lebih sering menyerang anak-anak, secara klinis pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer atau sebagai penyakit dari berbagai penyakit lainnya (Keperawatan Pediatric, Donna L Wong, 2003)

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang terjadi pada anak-anak (Asuhan Keperawatan Pada Anak, Suriadi, 2001)

2.2 Epidimiologi

            Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang  menyebutkan pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25–44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68–114 per 1000 orang.

2.2    Etiologi

ü  Bakteri          : streptococcus pnemoniae, stapilococus aureus

ü  Virus             : influenza

ü  Inhalasi         : racun/bahan kimia



2.3    Manifestasi klinis

1.      Terjadi peningkatan suhu secara mendadak yang dapat disetai kejang.

2.      Gejala khas

ü Sianosis pada mulut dan hidung

ü Dipneu,nafas cepat dan dangkal disertai cuping hidung

ü Gelisah,cepat lelah

3.      Batuk

4.      Muntah

5.      Anoreksia

2.4    Klasifikasi

1.      Pneumonia lobaris       : radang paru-paru yang mengenai sebagian besar atau seluruh lobus

2.      Pneumonia lobularis    : radang paru yang mengenai satu/beberapa lobus (biasanya ditandai dengan bercak-bercak infiltrasi)

3.      Pneumonia (bronkhioitis): radang pada dinding alveoli ,peribronkhial dan jaringan interlobular

2.5    Pemeriksaan laboratorium

1.      Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm­­­3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.

2.      Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3.      Peningkatan LED.

4.      Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

5.      Analisa gas darah (AGD ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

6.      Foto rongen dada (X-Ray) melalui foto sianar X terdetentifikasi penyebaran gejala, misalnya pada lobus dan bronkial. Foto juga dapat menunjukkan multiple abses/infiltrate empiema (staphilococus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakteri), atau penyebaran ekstensif nodul infiltrate (sering kali firal). Pada pneuomia mycoplasma, gambaran foto rongen dada mungkin bersih

7.      Pemeriksaan radiologis sebaiknya di buat foto thorak posterior, anterior, dan lateral untuk melihat keberadaan konsodilasi rentrokradial. Hal ini untuk memudahkan dalam mengenali lobus mana yang terkena, karena setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena.



2.6    Penatalaksanaan

A.       Farmakologi

ü Penicillin G : untuk infeksi pneumonia bakteri

ü Amantadine, meantadine : untuk infeksi pneumonia mikroplasma

B.       Nonfarmakologi

ü Tempatkan kain lap, hangat dan basah longgar menutupi hidung dan mulut.

ü Isi humidifier dengan air hangat dan menghirup kabut hangat.

ü Ambil beberapa napas dalam-dalam dua atau tiga kali setiap jam. Napas dalam-dalam akan membantu membuka paru-paru Anda.

ü Tekan dada dengan lembut beberapa kali sehari dan berbaring dengan kepala lebih rendah dari dada Anda. Hal ini dapat membantu memunculkan lendir dari paru-paru.

ü Minum banyak cairan (asalkan dokter mengatakan tidak apa-apa):

a)      Minum air, jus, atau teh lemah

b)      Minum setidaknya 6 sampai 10 cangkir sehari

c)      Jangan minum alkohol

d)     Dapatkan banyak istirahat ketika Anda pulang. Jika Anda mengalami kesulitan tidur di malam hari, tidur siang siang hari.



C.       Peran perawat

Sebagai seorang perawat kita harus memberikan edukasi tentang pneumonia kepada pasien dan keluarga dengan tujuan agar pasien dan keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan,  selain itu perawat juga harus bisa membantu keadaan pasien senyaman mungkin dengan posisi semifowler dan bantu pasien untuk latihan nafas karena gangguan pola nafas merupakan keluhan yang paling umum pada kasus pneumonia.

2.7    Komplikasi

1.      Otitis media: Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Yang salah satu penyebabnya adalah streptococcus pneumonia.

2.      Bronkiektase: Bronkiektase merupakan kelainan morfologis

3.      Abses paru

Abses paru adalah nekrosis jarinyan pulmoner dan pembentukan kavitas yang berisi debrisnekrotik atau cairan yang disebabkan infeksi bakteri.

4.      Empiema

Empiema adalah akumulasi pus dan jaringan nekrotik di rongga pleura. Empiema dapat terjadiapabila infeksi di parenkim paru menyebar hingga ke rongga pleura. Pembentukan empiemadapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap eksudatif, fibropurulent, dan organisational. Padatahap eksudatif terjadi akumulasi cairan di rongga pleura yang disebabkan oleh inflamasi dan peningkatan permeabilitas di pleura viseral.

Tahap fibropurulen dimulai dengan invasi bakteri dirongga pleura dan ditandai dengan deposisi fibrin pada membrane pleura viseral dan parietalserta pembentukan septa fibrin, lokulasi dan adhesi. Aktivitas metabolic yang tinggimenyebabkan rendahnya konsentrasi glukosa dan penurunan kadar pH, dan lisis neutrofilmenyababkan peningkatan kadar LDH. Apabila infeksi terus berlanjut, empiema menjaditerorganisir dengan pembentukan lapisan pleura yang tebal dan nonelastis serta septa fibrin yang padat yang dapat menghambat pergerakan paru.

1.      Effusi pleura

Pada pneumonia, infeksi parenkim paru akan menyebabkan aktivasi makrofag alveolar yangakan mengeluarkan sitokin inflamasi yang merangsang peningkatan permeabilitas vaskular.Permeabilitas vaskular yang meningkat menyebabkan cairan kaya protein keluar dari vaskular menuju interstitial sehingga dapat menyebabkan effusi pleura eksudat.

DAFTAR PUSRAKA

Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.
Pearce,evelyn.(2002).Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.PT.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
Doenges,Marilynn E dkk.(2000)Rencana Asuhan Keperawatan.edisi ke 3 EGC:Jakarta

Selasa, 18 Desember 2018


1 Biografi Imogene M King

Imogene King lahir pada 30 Januari 1923 dan wafat pada 24 Desember 2007. Beliau adalah seorang pelopor pengembangan teori keperawatan. Teori sistem berinteraksinya keperawatan dan teorinya pencapaian tujuan telah dimasukkan dalam setiap teori keperawatan utama. Teori-teori ini diajarkan kepada ribuan mahasiswa keperawatan, membentuk dasar dari program pendidikan keperawatan, dan diimplementasikan dalam berbagai pengaturan layanan.

Beliau  lulus dari St John's Hospital School of Nursing tahun 1945 dengan gelar di bidang keperawatan dan memperoleh gelar Bachelor of Science dari St Louis University. Pada tahun 1948 dalam bidang keperawatan mendapat gelar Master of Scienc. Pada tahun 1961, Imogene lulus dengan gelar dokter pendidikan dari Teachers College, Columbia University.

                        Imogene telah mengajar di banyak universitas termasuk Universitas Loyola di Chicago, Ohio State University, dan University of South Florida. Dia juga memiliki banyak pengalaman keperawatan termasuk keperawatan di rumah sakit, kantor, dokter dan sekolah.

            Kerangka konseptual yang dikembangkan Imogene melibatkan tiga set berinteraksi sistem. Pada tingkat terkecil adalah sistem pribadi, terdiri dari individu. Contoh sistem pribadi individu perawat dan pasien. Tingkat kedua dari sistem sistem interpersonal, atau kelompok. Ini adalah kelompok umumnya kecil.





2.2 Sejarah Teori Imogene King

King mengungkapkan teori secara bertahap yang dimulai pada periode tahun 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (General Concepts of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan literatur. Asumsi dasar King bahwa manusia seutuhnya meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Pada tahun 1966-1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul “Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual Framework for Nursing). Selanjutnya pada tahun 1968-1972 King menyimpulkan teori keperawatan sebagai berikut:

a.       Gambaran yang sistematis dari keperawatan adalah syarat mutlak untuk mengembangkan keperawatan.

b.      Pada periode 1971 ia mengatakan, perawat adalah individual dan professional tetapi keperawatan belum sebagai ilmu. Pada tahun 1980-1981 mempublikasikan teori keperawatannya sebagai suatu sistem, konsep dan proses.

Pada suatu pertemuan King mengatakan bahwa teori sistem dari ilmu perilaku mendukung pengembangan interaksi yang dinamis. King mengidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi, yaitu: personal systems (individual), interpersonal systems (group) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems. Asumsi dasar King adalah jika tujuan keperawatan fokus terhadap pencapaian tujuan dari setiap individu dan kelompok serta suatu alasan yang dapat diterima, berarti hal ini merupakan suatu sistem yang terbuka dan pada akhirnya kerangka kerja konseptual harus diorganisir untuk menggabungkan ide-ide Berdasarkan kerangka kerja konseptual (conceptual framework) dan asumsi dasar tentang human being, King menggabungkannya menjadi teori pencapaian tujuan (theory of goal attainment). Menurut King, sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan (Parker,2001).



2.3 Definisi Konsep Theory Goal Attainment (1971)

King mendefenisikan teorinya sebagai serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge.) Theory Goal Attainment (Pencapaian tujuan) menurut King adalah sistem interaksi yang dinamis dan digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan, meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner,A. 1986).



2.4 Model Konsep Theory Goal Attainment

Menurut King, personal system (individu) merupakan sistem terbuka yang meliputi persepsi (perception), diri (self), pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), citra diri (body image), ruang (space), dan waktu (time). Interpersonal system (group) merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien yang meliputi interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stress. Social system (sosial) yang berarti bahwa sistem pembatas peran organisasi sosial, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara praktik dan aturan. Terdiri dari organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan. (George, 1995).

Melalui dasar sistem tersebut, maka King menganggap manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa depan dan sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama orang lain yang akan selalu berinteraksi.(Parker, 2001).

Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll).

Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1.             Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

2.    Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

3.             Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.

4.    Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat.

5.    Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.

6.             Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

7.    Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat berbeda.

Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental :

1.      Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat dibutuhkan.

2.      Kebutuhan terhadap palayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan penyakit.

3.      Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu tidak mampu untuk membantu dirinya sendiri.           


King memahami model konsep dan teori keperawatan dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan dalam model konsep interaksi.

Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan konsep kerjanya yang meliputi adanya sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Menurut King sistem personal merupakan sistem terbuka di mana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan perawat dan pasien serta hubungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan sistem sosial sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain.

Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar yaitu, kebutuhan terhadap informasi kesehatan, kebutuhan terhadap pencegahan penyakit dan kebutuhan terhadap perawatan ketika sakit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan pendekatan teori yang terdiri dari komponen sistem sosial, sistem personal, dan sistem interpersonal.

Konsep hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:

  1. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan.
  2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat dari adanya aksi dan merupakan respon dari individu.
  3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam komunikasi.
  4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan.